Langsung ke konten utama

Postingan

Bacabukunya: Aku Yang Sudah Lama Hilang

Long time no see. Udah lama banget nggak nulis di blog ini. berapa tahun ya? Kayaknya sejak sebelum kerja di rumah sakit deh. Ditulisan kali ini aku mau berbagi tentang sebuah buku berjudul Aku Yang Sudah Lama Hilang karya Nago Tejena, M.Psi., Psikolog.  Aku beli buku ini via online pada Juni 2024, dan baru selesai baca kemarin. Semakin lama aku semakin sulit baca buku, sulit fokus, dan gampang terdistraksi. Padahal dulu bisa lho sehari satu buku sambil sekolah juga. Perjalanan aku membaca buku ini cukup lama. Setengah jalan baca buku, trus jeda nggak baca lagi. Lupa isinya, ulang lagi dari awal, sampai akhirnya kemarin aku berhasil menyelesaikan buku ini.  Aku sempat denial dan nggak siap dengan isi buku ini. Terutama kalau udah ada di Bab memulai obrolan canggung. Ternyata bukan hanya memulai obrolan canggung yang jadi kendalaku saat itu, tapi juga bacaan canggung.  S o, What do I love from this book? 1. Buku ini termasuk bacaan yang ringan tapi ngena ke pembacanya. Bah...
Postingan terbaru

Baca Bukunya: Law of Attraction

  Aku sempat berbincang dengan salah satu teman di aplikasi whatsapp. Sampai pada satu titik, temanku bertanya tentang kegiatanku baca buku. Buku yang baru saja selesai aku baca adalah buku karya Michael J. Loiser dengan judul Law of Attraction. Dia tanya, isinya seperti apa?, dan seketika itu aku bingung bagaimana menjelaskan sebuah arti dari hukum ketertarikan. Aku memahami maksud dari Law of Attraction but it’s hard for me to explain about it. Jadilah kali ini kita bahas tentang hukum ketertarikan saja. Buku ini sebenarnya sudah ada dari tahun 2007, yaaa sekitar 13-14 tahun lalu. Aku pinjam buku ini dari pakde dengan tanda tangan tahun 2008. Jadi, dikeluargaku punya kebiasaan ngasih tanggal beli di buku, gatau kenapa. Why do i decided to read this book after years padahal aku nggak pernah tertarik untuk baca buku yang menurutku agak kaku dan sulit untuk dipahami karena dia adalah salah satu buku terjemahan (setahuku begitu). Baca buku terjemahan itu kadang lebih rumit karena...

Ceitanya: aku dan medsos

Di era saat ini, memperoleh informasi rasanya jadi sangat mudah. Segala informasi bisa didapat hanya dengan sentuhan jari. 10 tahun lalu, aku masih harus bersekolah dengan membawa tas ransel besar berisi buku paket, LKS, buku catatan, buku pr, dan berbagai keperluan lain termasuk bekal makan siang. Kalau dalam 1 hari ada 6 mata pelajaran, itu artinya akan ada 6 buku paket, 6 LKS, 6 buku catatan, 6 buku PR, alat tulis, alat sholat, bekal makan siang, payung atau jas hujan, bahkan baju olahraga. Bisa dibayangkan sebanyak apa benda yang harus dibawa ke sekolah. Belum lagi kalau masih membawa laptop, kamus bahasa, buku modul ektrakulikuler atau modul tambahan pelajaran persiapan UN, dan sebagainya. Tanpa ada pelajaran olahraga saja rasanya sudah berolahraga setiap hari. Sangat berbeda dengan saat aku melihat adikku dan sepupu-sepupuku bersekolah. Sebelum adanya pandemi, mereka lebih banyak mencari tugas melalui bantuan google. Tidak sibuk dengan meminjam atau membeli buku terbitan tertentu...

Bacabukunya: You do You by Fellexandro Ruby

 I love this book. Ini adalah buku pertama yang berhasil aku selesaikan sejak pandemi covid-19. Di era digital dan media sosial saat ini, aku udah jarang baca buku. Gadget yang setiap hari nggak pernah jauh dari penggunanya seakan posesif dan nggak mau ditinggalkan. Media sosial rasanya jauh lebih menarik daripada jilid-an kertas penuh kata dan minim gambar. Coba, kapan terakhir kali kalian baca buku? Buku ini aku baca berdasarkan rekomendasi dari kakakku, beliau juga yang beli bukunya. Aku? Pinjem aja, numpang baca. Hehehe. Puas banget bisa selesai baca buku ini, it feels like one achievement done this week. You do You bercerita tentang bagaimana kita menemukan siapa diri kita, tentang pekerjaan, tentang kegalauan-kegalauan manusia berusia 20-an tahun   atau mungkin sampai 30-an tahun. Buat yang masih sering nanya “aku ini kayak gimana sih?” “aku harus kerja apa” “aku harus apa dan bagaimana?”. This book may guard you to find the answer. What do I love from this book? Buk...

Ceritanya: Stay in Jogja (before) Lost in Jogja

Beberapa hari lalu, menjadi satu hari berkesan bagiku. Tanggal 23 Agustus menjadi hari pertamaku secara mandiri ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Awalnya kami (aku dan kakak) merencanakan perjalanan untuk keberangkatan bulan November 2019. Bisa dibilang ini adalah perjalanan dadakan yang kita lakukan, bahkan mungkin tanpa persiapan pasti. Aku hanya menemani kakak yang memiliki agenda kegiatan di Jogja pada saat itu. Kami berangkat pukul 20:10 dari Malang menuju Jogja dengan kereta Maliboro express selama 7 jam 58 menit perjalanan. Saat itu menjadi kali pertama aku memesan tiket dan booking hotel secara online. Memang ya, semua yang pertama kali akan tampak mengesankan. Ini masih awal. Kami naik kereta ekonomi dengan tujuan berhemat agar bisa berbelanja lebih banyak saat di Jogja. Berujung sakit punggung dan gangguan tidur membuat kami memutuskan tidak akan naik kereta ekonomi lagi kecuali jika terpaksa. Hahaha Kami menginap dekat dengan lokasi acara yang dihadiri oleh kakakku, yaitu di d...

Dear My Foreign Friends

I'm sorry, I was busy to finish the program but forget to having fun. I'm sorry that i didn't really know you. We spend a lot of time but i was busy on working. I know that i was too focus on the result. I may not good on expressing my feeling, but i want to know you more than this. I was jealous to those who easy to get along with you, but i am happy to know you. I'll remember you, even you may forget me someday.

What do i do after graduated from university

Pertama. Lega dan bingung saat dinyatakan lulus dari universitas. Lega karena berhasil menyelesaikan kewajiban kuliah dijurusan yang kupilih secara acak tanpa niatan untuk melanjutkan dan justru terjebak karena janji yang kubuat saat awal perkuliahan. Sedikit flashback, jurusan ilmu komunikasi adalah jurusan yang aku pilih secara mendadak di ruang pendaftaran. Kukira aku akan diterima di tempat lain dan nggak akan melanjutkan kuliah disana, ternyata salah. Aku berjanji pada diriku sendiri jika ip semester 1 ku diatas 3.5, aku akan bertahan sampai lulus dan mengurungkan niat untuk mendaftar di kampus lain tahun berikutnya. Nilai semesterku saat itu malah 3.98, aku sempat mem'bathin' "kok nggak sekalian 4 aja sih. nanggung amat kalo ngasih tau harus bertahan". Eehh,, tapi jangan tanya ya ip semester selanjutnya berapa, kayak flying fox.  Kedua, bingung karena merasa nggak punya tujuan. Muncul pertanyaan aku harus apa? Harus bagaimana? Aku mau apa setelah lulus? mau ke...