Langsung ke konten utama

Bacabukunya: You do You by Fellexandro Ruby

 I love this book. Ini adalah buku pertama yang berhasil aku selesaikan sejak pandemi covid-19. Di era digital dan media sosial saat ini, aku udah jarang baca buku. Gadget yang setiap hari nggak pernah jauh dari penggunanya seakan posesif dan nggak mau ditinggalkan. Media sosial rasanya jauh lebih menarik daripada jilid-an kertas penuh kata dan minim gambar. Coba, kapan terakhir kali kalian baca buku?

Buku ini aku baca berdasarkan rekomendasi dari kakakku, beliau juga yang beli bukunya. Aku? Pinjem aja, numpang baca. Hehehe. Puas banget bisa selesai baca buku ini, it feels like one achievement done this week. You do You bercerita tentang bagaimana kita menemukan siapa diri kita, tentang pekerjaan, tentang kegalauan-kegalauan manusia berusia 20-an tahun  atau mungkin sampai 30-an tahun. Buat yang masih sering nanya “aku ini kayak gimana sih?” “aku harus kerja apa” “aku harus apa dan bagaimana?”. This book may guard you to find the answer.


What do I love from this book?
  1. Buku ini bisa dibaca dari bab manapun yang mau dibaca duluan. Mau dari belakang, tengah, depan. Kita bebas untuk mempelajari bagian manapun dari buku ini. You can break your routine and try something new. Menurutku ini juga jadi salah satu faktor yang bikin seseorang mau terus baca sampai akhir, niar nggak cepat bosen juga. Kita bisa pilih bagian manapun yang menurut kita menarik atau kita butuhkan. Mungkin buat kalian yang udah pernah baca bukunya kak Yoris Sebastian juga nggak akan heran dengan tipe buku yang kayak gini.
  2. Aku merasakan banyak kesamaan/senasib dengan apa yang disampaikan di buku ini. For your information, buku ini ditulis dengan melibatkan sekelompok orang dengan kegalauan yang sama untuk menemukan apa sih problem yang ada dan bagaimana solusinya. Kalau di marketing ada yang Namanya produk yang menarik adalah produk yang bisa menyelesaikan masalah di masyarakat. Buku ini mungkin bisa jadi salah satu solusi bagi kita yang sedang mencoba memahami value dalam diri.
  3. Buku ini nggak melulu soal teks. Ada grafik, ada form yang bisa kita isi, ada barcode dan link yang bisa bawa kita berselancar di internet tanpa melulu liatin pencapaian orang lain di Instagram.
  4. Tonny Robins dengan DISC test-nya. Setelah baca buku ini, aku baru sadar kalau 2012 aku udah pernah test DISC sama Bude Fiifn. Menariknya adalah, I retake my test twice this year dan salah satu hasilnya beda. After read this part, I realize that I’am a D or DC person, and I proud of it. “Hey Nia, kamu udah dikasih tau tentang arahan dan karakteristikmu 9 tahun lalu dan hasilnya nggak beda jauh dengan tahun ini, mau cari kemana lagi? Ibarat udah ada pintu nih depan matamu tapi kamu nggak mau melangkah lebih dalam dan mengenal isi dari ruang yang ada didepanmu“. I get excited when I read this part at You do You. Menariknya lagi adalah, ternyata kak Fellexandro Ruby juga punya karakteristik D yang tinggi dan S yang rendah. Sama kayak aku, kebalik, aku sama seperti beliau. Seneng aja ketemu dengan orang yang setipe. Setelah dipahami lebih dalam, ternyata bener, aku juga suka dengan hal baru, aku nggak suka dengan sesuatu yang monoton. Aku juga menanyakan hal yang sama dengan beliau saat aku bekerja “kenapa aku disini, untuk apa aku disini, dsb.” Yang akhirnya membuat aku memutuskan untuk resign dari pekerjaan. I love to try new things. Dari buku ini aku menyadari bahwa perjalanan masih panjang, aku belum sampai di tengah perjalanan 20-an tahun. Aku masih punya banyak kesempatan dan I can take my time. Buku ini mengajarkan aku untuk menghargai dan memaknai proses dalam hidup yang sedang aku jalani. Alhamdulillah aku dipertemukan dengan buku ini.
  5. Buku ini ngajak kita untuk aktif mengenal diri, nggak melulu teori. Ada berbagai link yang mengajak kita untuk ikut test dulu sebelum maju ke bagian selanjutnya. Nggak ikut testnya gapapa sih, tapi jadi kurang dapet feelnya. Menurutku harus ada feel-nya waktu baca buku, ngerasa bahwa “oo aku kayak gini” “aku yang mana ya?” supaya lebih nempel ilmunya. Buku ini ngasih experience baru buat pembacanya.
  6. Buku ini disajikan dengan fakta. Buat aku yang logis dan data oriented, ini menarik. Kita bisa nemuin berbagai link yang mengarahkan kita menuju hasil penelitian dari seorang tokoh, buku, dan hasil survey yang pernah dilakukan. Kalau kita mau mepelajari lebih dalam lagi, tinggal cari link atau bukunya. Voila, ilmu baru datang lagi.
  7. Berat tapi ringan. Gimana nih? bukan berat berkilo-kilo atau beratus-ratus halaman, tapi isinya.  Kita bisa lebih mudah memahami materi yang mungkin sulit untuk dipahami diluar sana, tapi dikemas dengan rapih, apik, dan mudah dipahami di buku ini.

Aku yakin masih banyak lagi hal yang bisa didapatkan dari buku ini. Kalo aku jelasin semua jadi spoiler nantinya. Pokoknya, I love this book. Aku dapat lagi penulis baru yang cocok banget style penulisannya sama aku. Dear writer, you’re in my favourite writer list. Minta doanya juga supaya selalu ada rejeki untuk beli (dan baca pastinya) buku buku dari penulis-penulis asik versi aku, karena rejeki/ berkah nggak cuma soal duit tapi juga waktu dan kesehatan.

Terakhir, buku itu cocok-cocokan sama pembacanya, buku ini bisa ngena di aku, tapi belum tentu juga buku ini akan ngena juga di kamu. See you 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baca Bukunya: Law of Attraction

  Aku sempat berbincang dengan salah satu teman di aplikasi whatsapp. Sampai pada satu titik, temanku bertanya tentang kegiatanku baca buku. Buku yang baru saja selesai aku baca adalah buku karya Michael J. Loiser dengan judul Law of Attraction. Dia tanya, isinya seperti apa?, dan seketika itu aku bingung bagaimana menjelaskan sebuah arti dari hukum ketertarikan. Aku memahami maksud dari Law of Attraction but it’s hard for me to explain about it. Jadilah kali ini kita bahas tentang hukum ketertarikan saja. Buku ini sebenarnya sudah ada dari tahun 2007, yaaa sekitar 13-14 tahun lalu. Aku pinjam buku ini dari pakde dengan tanda tangan tahun 2008. Jadi, dikeluargaku punya kebiasaan ngasih tanggal beli di buku, gatau kenapa. Why do i decided to read this book after years padahal aku nggak pernah tertarik untuk baca buku yang menurutku agak kaku dan sulit untuk dipahami karena dia adalah salah satu buku terjemahan (setahuku begitu). Baca buku terjemahan itu kadang lebih rumit karena...

Dear My Foreign Friends

I'm sorry, I was busy to finish the program but forget to having fun. I'm sorry that i didn't really know you. We spend a lot of time but i was busy on working. I know that i was too focus on the result. I may not good on expressing my feeling, but i want to know you more than this. I was jealous to those who easy to get along with you, but i am happy to know you. I'll remember you, even you may forget me someday.

What do i do after graduated from university

Pertama. Lega dan bingung saat dinyatakan lulus dari universitas. Lega karena berhasil menyelesaikan kewajiban kuliah dijurusan yang kupilih secara acak tanpa niatan untuk melanjutkan dan justru terjebak karena janji yang kubuat saat awal perkuliahan. Sedikit flashback, jurusan ilmu komunikasi adalah jurusan yang aku pilih secara mendadak di ruang pendaftaran. Kukira aku akan diterima di tempat lain dan nggak akan melanjutkan kuliah disana, ternyata salah. Aku berjanji pada diriku sendiri jika ip semester 1 ku diatas 3.5, aku akan bertahan sampai lulus dan mengurungkan niat untuk mendaftar di kampus lain tahun berikutnya. Nilai semesterku saat itu malah 3.98, aku sempat mem'bathin' "kok nggak sekalian 4 aja sih. nanggung amat kalo ngasih tau harus bertahan". Eehh,, tapi jangan tanya ya ip semester selanjutnya berapa, kayak flying fox.  Kedua, bingung karena merasa nggak punya tujuan. Muncul pertanyaan aku harus apa? Harus bagaimana? Aku mau apa setelah lulus? mau ke...