Langsung ke konten utama

Belajar Jadi Karyawan

Hari ini aku akan berbagi sedikit pengalaman tentang pekerjaan, terutama ketika kita berada di posisi karyawan.
Oke, sebenernya ini cuma opini sih ya. jadi boleh setuju ataupun tidak setuju
Ketika aku masuk ke dunia kerja, awalnya sih aku ngerasa seperti menjadi orang yang paling nggak bisa apa-apa. Ngerasa paling nggak guna lah istilahnya. Ngerasa asing dan canggung mungkin. Ya wajar sih kalau canggung, kan lingkungan baru. It’s hard for me to relax.
Mungkin karena mental dan karakter juga mempengaruhi ya.
Ketika menjadi seorang karyawan baru, sudah pastilah menunjukkan bahwa aku bisa dan aku layak. Lalu bertahan dan sebisa mungkin berkembang. Melalui bekerja aku belajar tentang banyak hal.
Aku belajar menghargai dan berusaha untuk tidak menyalahkan, karena nggak ada gunanya juga.
Aku belajar membagi waktu kuliah dan kerja. Ya jatah bermain memang harus dikurangi.
Aku belajar untuk menghargai uang
Aku belajar mengakui kesalahan ketika salah ketika input pesanan di kasir, ketika salah nulis pesanan, bahkan ketika memecahkan mangkuk. Di hari pertama aku resmi bekerja, aku sudah berhasil memecahkan sebuah mangkuk.
Dan aku benar-benar bertemu dengan teori yang aku pelajari atau mungkin pernah aku baca/ dengar sebelumnya.
Belum tentu kita bisa mendapatkan pekerjaan yang langsung bisa dapat jabatan atau bayaran tinggi, kecuali kalau kita memang benar-benar beruntung.
Dalam sebuah pekerjaan pasti ada konflik. Konflik itu dimana-mana, dan bagaimana kita bergelut dengan konflik itulah yang akan menentukan hasil akhirnya.
Ketika kau mendapat sebuah kepercayaan dan sebuah kedudukan, belum tentu kedudukan itu sesuai denganmu untuk jangka waktu tertentu. Sesungguhnya media social sangat berbahaya untuk menuliskan sesuatu yang sedikit sensitive.
Oke anggap saja aku sedang curhat, berkaitan dengan konflik. Konflik itu ada dalam diri kira sendiri kita yang menciptakannya, hanya bagaimana kita berdamai dengannya.
Ada kalanya aku merasa jengkel dengan teman satu profesi, dan aku memutuskan untuk berdamai dengan kejengkelanku, aku akan berpikir ‘mungkin orang lain beranggapan aku juga sama menjengkelkannya atau bahkan lebih menjengkelkan’. Kita tidak bisa tahu pemikiran orang lain kan?
Aku belajar satu hal lagi, belajar menjadi orang bijaksana.
Ada kalanya aku iri dengan rekan kerjaku karena suatu hal, lalu apa yang kulakukan? Aku berkata pada diriku sendiri ‘akan ada saatnya nanti, perjalananmu masih jauh, mungkin ada orang lain yang juga iri padaku’
Ada kalanya aku merasa begitu bersalah atas apa yang aku lakukan, mungkin kesalahan itu dianggap hal yang kecil, namun perasaan bersalah itu justru masih ada. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa ‘melakukan kesalahan adalah hal yang wajar, kau bisa belajar dari hal itu, jangan pernah lari karena hanya akan membuatmu semakin merasa bersalah, hadapilah’
Terkadang aku merasa hanya aku yang bekerja paling keras. Seolah aku bisa menyelesaikannya sendiri. Tapi itu bukan pemikiran bagus kan? aku tak boleh berpikiran seperti itu. Semuanya bekerja keras dan aku harus hargai itu..
Aku takut dengan karakterku yang begitu keras dan tegas justru membat rekan lain merasa tak enak atau terganggu. Lihat, berapa topeng yang aku pakai dalam drama turgi ini.
Aku tak boleh egois, egoku harus benar-benar aku turunkan. Ah iya, belum lagi ketika kau harus  bertemu dan bekerjasama dengan seseorang yang memiliki sifat sepertimu, kalau sama sama cekatan sih nggak papa, nah kalo sama-sama keras kepala gimana? Turunkan ego dan mencoba memposisikan diri menjadi orang lain. Pikirkan apa yang akan kau rasakan dan apa yang akan kau lakukan. Lagi-lagi turunkan egomu yang terlalu besar itu. Seseorang yang tidak cocok bekerja denganmu belum tentu berdampak sama dengan temanmu yang lain kan? Bisa jadi mereka justru merasa nyaman. Sudahlah, setiap manusia itu berbeda.
Lagi, lagi aku mencoba untuk menjadi seseorang yang bijaksana.
Ada kalanya aku merasa kinerjaku menurun dan kepercayaan padaku juga mulai runtuh. Mungkin itu adalah suatu hal yang wajar atau dianggap bukan apa-apa, tapi kadang aku merasa runtuh, dan kecewa dengan diriku sendiri. Tidak semua orang yang terlihat baik-baik saja sedang ada dalam keadaan baik.
Ada kalanya apa yang kita harapkan justru dimiliki orang lain, disitulah aku belajar untuk ikhlas, kau tak boleh tamak.
Komunikasi adalah hal yang penting, bagaimana cara kita menyampaikan sebuah pesan dapat menjadi pupuk yang menyuburkan atau bahkan menjadi pisau yang menumbangkan sebuah perasaan. Tak selamanya pujian itu baik, dan dapat memotivasi, begitu pula dengan kritikan, tak selamanya kritikan dapat membangun motivasi seseorang, namun bisa menjadi satu hal yang menghancurkan dengan seketika.
Ada kalanya pula kita justru merasa bahagia dan bangga.
Sedikit selipan, ini juga pendapatku.
Aku heran dengan mereka-mereka yang beranggapan bahwa berwirausaha lebih baik karena menciptakan lapangan kerja dan kita bisa menjadi pemimpin. Bagaimana dengan karyawan? Tak masalah bagiku, menjadi karyawan juga bukan hal yang buruk. Lebih baik menjadi karyawan dari pada menjadi seorang pemalas yang sibuk menilai pekerjaan orang lain, namun tak melakukan apa pun. Tak mudah menjadi bos, begitu pula karyawan..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baca Bukunya: Law of Attraction

  Aku sempat berbincang dengan salah satu teman di aplikasi whatsapp. Sampai pada satu titik, temanku bertanya tentang kegiatanku baca buku. Buku yang baru saja selesai aku baca adalah buku karya Michael J. Loiser dengan judul Law of Attraction. Dia tanya, isinya seperti apa?, dan seketika itu aku bingung bagaimana menjelaskan sebuah arti dari hukum ketertarikan. Aku memahami maksud dari Law of Attraction but it’s hard for me to explain about it. Jadilah kali ini kita bahas tentang hukum ketertarikan saja. Buku ini sebenarnya sudah ada dari tahun 2007, yaaa sekitar 13-14 tahun lalu. Aku pinjam buku ini dari pakde dengan tanda tangan tahun 2008. Jadi, dikeluargaku punya kebiasaan ngasih tanggal beli di buku, gatau kenapa. Why do i decided to read this book after years padahal aku nggak pernah tertarik untuk baca buku yang menurutku agak kaku dan sulit untuk dipahami karena dia adalah salah satu buku terjemahan (setahuku begitu). Baca buku terjemahan itu kadang lebih rumit karena...

Dear My Foreign Friends

I'm sorry, I was busy to finish the program but forget to having fun. I'm sorry that i didn't really know you. We spend a lot of time but i was busy on working. I know that i was too focus on the result. I may not good on expressing my feeling, but i want to know you more than this. I was jealous to those who easy to get along with you, but i am happy to know you. I'll remember you, even you may forget me someday.

What do i do after graduated from university

Pertama. Lega dan bingung saat dinyatakan lulus dari universitas. Lega karena berhasil menyelesaikan kewajiban kuliah dijurusan yang kupilih secara acak tanpa niatan untuk melanjutkan dan justru terjebak karena janji yang kubuat saat awal perkuliahan. Sedikit flashback, jurusan ilmu komunikasi adalah jurusan yang aku pilih secara mendadak di ruang pendaftaran. Kukira aku akan diterima di tempat lain dan nggak akan melanjutkan kuliah disana, ternyata salah. Aku berjanji pada diriku sendiri jika ip semester 1 ku diatas 3.5, aku akan bertahan sampai lulus dan mengurungkan niat untuk mendaftar di kampus lain tahun berikutnya. Nilai semesterku saat itu malah 3.98, aku sempat mem'bathin' "kok nggak sekalian 4 aja sih. nanggung amat kalo ngasih tau harus bertahan". Eehh,, tapi jangan tanya ya ip semester selanjutnya berapa, kayak flying fox.  Kedua, bingung karena merasa nggak punya tujuan. Muncul pertanyaan aku harus apa? Harus bagaimana? Aku mau apa setelah lulus? mau ke...